Selasa, 17 Januari 2012

BAGAIMANA BERAPOLOGETIKA

Ada seorang laki-laki bernama Takberdaya. Pada waktu ia mendengar Injil, ia lalu menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dengan penuh sukacita dan penuh semangat Takberdaya berkunjung kepada tetangga di sebelah rumahnya, yaitu Sipasti dan Siragutakbertuhan. Tuan dan Nyonya Takbertuhan dulunya merupakan kawan terdekat Takberdaya sebelum ia menjadi Kristen. Pada waktu Takberdaya sampai di pintu depan rumah Takbertuhan, dia teringat bahwa pada waktu yang lampau, malam-malam pertemuan mereka sering dipergunakan untuk mengolok-olok semua tetangga Kristen mereka. Takberdaya berharap bahwa Sipasti dan Siragu akan menemukan kehidupan baru di dalam Kristus yang telah diberikan dengan cuma-cuma oleh Tuhan. Sipasti dan Siragu telah mendengar apa yang telah terjadi pada diri Takberdaya, dan mereka bermaksud untuk merubah pikiran Takberdaya. Konfrontasi di antara mereka pun tidak dapat dielakkan. Takberdaya berusaha untuk memberitahu Takbertuhan akan kebutuhan mereka untuk diselamatkan, tetapi Sipasti dan Siragu selalu memotong setiap pembicaraannya dengan sanggahan.

"Kamu tidak sungguh-sungguh percaya bahwa agamamu benar, bukan?" kata Sipasti. "Percakapan agamawi ini sangat menggelikan. Kamu dan saya tahu bahwa kekristenan merupakan suatu kepercayaan yang tidak ilmiah. Takberdaya! Kamu tentu tidak mengharapkan saya untuk percaya sesuatu yang tidak dapat dibuktikan."

Takberdaya sangat terkejut, sebab dia sendiri tidak memiliki kesulitan sebanyak itu pada waktu ia mendengar Injil, "Mungkin itu semua hanya oleh karena kekerasan hati dari Sipasti," pikir Takberdaya dalam hatinya. Siragu ternyata tidak lebih baik dalam reaksinya terhadap apa yang dikatakan oleh Takberdaya.

"Begini Takberdaya, saya tahu kamu tulus dan bermaksud baik, tetapi menurut saya kita sebenarnya tidak dapat pasti dalam hal agama. Ada ribuan agama di dalam dunia ini. Kita tidak dapat menentukan yang mana yang lebih baik daripada yang lain," kata Siragu. "Kamu sangat sombong, kalau kamu mengatakan bahwa kita harus percaya kepada Yesus untuk dapat bersekutu dengan Allah. Pemikiranmu terlalu sempit. Kalau saya, saya akan berusaha untuk lebih rendah hati."

Tanggapan Siragu membuat Takberdaya berpikir: "Mungkin saya tidak menyelidiki kekristenan dengan cukup teliti sebelum menyerahkan hidup saya kepada Kristus. Rupanya saya terlalu naif. Dan saya terlalu dogmatis." Lalu Takberdaya meninggalkan Takbertuhan dengan putus asa dan penuh kebingungan.

Dalam perjalanan pulang, Takberdaya bertemu dengan teman Kristennya yang baru, yang bernama Pencarifakta. Pencarifakta selalu membawa buku-buku dan kertas-kertas ke mana pun ia pergi. Sebab ia selalu berpikir: "Siapa tahu ada fakt-fakta baru yang telah diketemukan." Ketika Takberdaya menceritakan pengalamannya. Pencarifakta sangat simpati, oleh karena ia pun pernah memberitakan Injil kepada kawannya dan kecewa karena kawannya menolak Injil yang ia beritakan. Pencarifakta berkata: "Penyebab dari kegagalanmu adalah kurangnya peluru untuk mendukung kesaksianmu. Kamu membutuhkan fakta-fakta untuk meyakinkan orang tidak percaya." Kemudian keduanya bicara cukup panjang lebar mengenai bukti-bukti yang mendukung kekristenan. Pencarifakta telah menemukan dan memiliki daftar yang panjang dari fakta-fakta dalam ilmu pengetahuan yang mendukung kekristenan. Takberdaya sangat tergerak dan kagum akan keteguhan yang dimiliki oleh Pencarifakta. Lalu dia mengundang Pencarifakta untuk ikut bersama dia kembali menjumpai suami istri Takbertuhan.

Takbertuhan sangat gembira bertemu dengan Takberdaya lagi, dan mereka juga menerima Pencarifakta dengan senang hati. Pencarifakta diperkenalkan sebagai "orang Kristen yang mengetahui fakta-fakta." Hal ini sangat menyenangkan pasangan Takbertuhan sebab mereka pikir, sekarang mereka dapat mengerti pemikiran dari Takberdaya.

"Takberdaya mengatakan bahwa kalian bukan orang Kristen." Pencarifakta memulai pembicaraan. "Apakah ada alasan tertentu yang menyebabkan kalian tidak mau mempercayai Kristus? Saya telah menemukan banyak sekali fakta-fakta yang dapat membuat kekristenan masuk akal."

Sambil tersenyum Sipasti berkata: "Coba jelaskan mengapa kami harus percaya bahwa Allah ada." Pencarifakta mengambil daftar bukti-bukti akan keberadaan Allah dan mulai membacakannya dengan penuh kepastian kepada Sipasti: 1) Hampir setiap orang berpikir tentang Allah atau semacamnya. 2) Hukum sebab akibat memperlihatkan bahwa harus ada penyebab yang bersifat ilahi untuk dunia ini. 3) Keteraturan dari alam semesta ini menunjukkan kepada Allah sebagai Perancangnya.

Sipasti menunjuk ke lemari buku di ruangan itu dan berkata: "Tahukah engkau bahwa sudah cukup lama argumentasi kuno itu telah disanggah? Kamu tidak dapat membangun suatu kepercayaan akan keberadaan Allah hanya karena banyak orang yang percaya kepada hal itu. Orang-orang telah percaya banyak hal pada masa yang lalu, di mana kemudian terbukti mereka salah. Di samping itu, siapakah yang bisa berkata bahwa seluruh dunia ini harus ada penyebab yang bersifat ilahi? Hukum sebab akibat dapat diperdebatkan, dan kalau pun kita akui, maka hukum itu menunjuk kepada hal natural yang menjadi penyebabnya, bukan penyebab ilahi. Lebih dari itu, saya percaya bahwa rancangan dari dunia dapat terjadi oleh karena kebetulan atau usaha dari dewa-dewa, bukan hanya disebabkan oleh Allahmu! Apabila kamu tidak dapat memberikan argumentasi yang lebih dari itu, saya kuatir fakta-faktamu tidak terlalu meyakinkan, Pencarifakta."

Pencarifakta dengan rasa cemas berpaling kepada Siragu. Siragu pun mengutarakan pendapatnya: "Pencarifakta, saya tidak sepasti Sipasti, tetapi saya tahu bahwa argumentasimu tidaklah cukup. Sesungguhnya sangatlah sukar untuk mengetahui dengan pasti apakah Allah ada atau tidak ada. Saya melihat bukti-bukti yang mendukung dan melawan keberadaan Allah. Jadi saya pikir, kalau manusia mau jujur terhadap dirinya sendiri, seharusnya ia berdiam diri dalam hal ini." Pencarifakta agak kecewa mendengar tanggapan dari pasangan suami isteri Takbertuhan ini, tetapi dia belum menyerah.

Pencarifakta kemudian meneruskan argumentasinya: "Mari kita sekedar mengadakan pengandaian untuk berargumentasi apakah Allah ada." Siragu dan Sipasti menyetujuinya. Pencarifakta pun berkata: "Saya pikir Yesus adalah Allah yang datang dalam daging dan Alkitab adalah Firman Tuhan." Sipasti dan Siragu menanggapi: "Fakta-fakta semacam yang kamu miliki untuk mendukung pengakuan-pengakuan itu?" Pencarifakta segera menyodorkan alasannya: "Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Allah dan Dia bukan seorang gila dan juga bukan seorang pembohong. Jadi, Dia pasti Allah."

Sipasti tidak tahan lagi untuk tetap berdiam diri: "Tunggu dulu Pencarifakta, saya bukan orang gila dan saya bukan pembohong, tetapi kalau saya yakin bahwa saya adalah Allah dan saya mengatakannya, itu kan tidak membuktikan saya adalah Allah. Lagi pula ahli-ahli sejarah yang terkenal memperdebatkan apakah Yesus pernah hidup di dunia ini, dan kalau Dia pernah hidup di dunia ini, apakah Dia benar-benar pernah mengklaim diri-Nya sebagai Allah. Kamu tidak dapat membuktikan bahwa Yesus adalah Allah berdasarkan klaim-Nya. Kamu harus mencari fakta-fakta yang lebih baik, Tuan Pencarifakta."

"Bagaimana dengan kebagkitan-Nya, bukankah kubur yang kosong menyatakan bahwa Dia adalah Allah?" Pencarifakta masih tidak mau menyerah. Sipasti membantah: "Begini Pencarifakta, dibutuhkan lebih banyak lagi fakta-fakta yang dapat kamu berikan kepada saya, untuk membuat saya yakin bahwa Yesus telah dibangkitkan. Saya yakin dengan pasti bahwa ada penjelasan yang lebih baik untuk itu daripada menyatakan bahwa Yesus adalah Allah."

Kini giliran Siragu mengemukakan pendapatnya: "Saya harus tidak setuju lagi dengan dirimu dalam hal ini, Pencarifakta. Mitos-mitos dari agama-agama sangat banyak dan tidak masuk akal. Oleh karena itu tidak mungkin untuk dapat mengetahui yang mana yang benar. Agak sedikit ngotot, Pencarifakta berkata: "Alkitab mengatakan bahwa semua itu adalah benar dan saya dapat membuktikan bahwa Alkitab itu patut dipercaya. Tidak ada kontradiksi di Alkitab. Alkitab telah dibuktikan benar oleh ahli-ahli sejarah dan ilmuwan-ilmuwan. Bahkan Alkitab sendiri mengklaim dirinya sebagai Firman Allah."

Sipasti dengan cepat menanggapi: "Tapi itu tidak berarti apa-apa bagi saya. Oleh karena saya pikir di Alkitab banyak sekali terdapat kontradiksi. Coba jelaskan pada saya logikanya dari Yesus adalah manusia dan pada saat yang sama juga Allah! Selain itu banyak lagi catatan-catatan yang berotoritas yang mengatakan bahwa ada perbedaan yang jelas di antara sejarah, ilmu pengetahuan, dan Alkitab. Siragu menyimpulkan: "Saya yakin kamu bermaksud baik tetapi rupanya kamu belum dapat memberikan argumentasi yang meyakinkan."

Takberdaya lalu angkat bicara: "Pencarifakta, ternyata kamu sama takberdayanya seperti saya. Saya pikir kamu benar-benar tahu bagaimana membela iman kepercayaanmu."

"Saya pikir juga begitu." Pencarifakta mengakui, lalu ia berkata: "Rupanya saya tidak pernah menemui orang tidak percaya yang dapat berpikir setangkas ini. Kita harus pulang dan mencari lebih banyak fakta-fakta yang dapat kita pakai." "Apa gunanya, kamu saja pergi sendiri untuk mencari fakta-fakta. Sebab ternyata fakta-fakta itu sangat sedikit membantu saya." Kata Takberdaya dengan kecewa. Lalu keduanya pun pamit kepada suami isteri Takbertuhan dan pulang dengan mengambil jalan yang terpisah.

Keesokan harinya Takberdaya bertemu dengan tetangganya, seorang Kristen yang bernama Imansaja. Setelah mendengarkan penuturan dari Takberdaya tentang apa yang telah dialaminya tadi malam, lalu Imansaja menanggapi: "Tentu saja itu yang terjadi, si Pencarifakta telah mengambil cara yang salah. Memang kita tidak dapat berargumentasi dengan orang tidak percaya untuk membawa dia kepada iman. Yang hanya dapat kita lakukan adalah memberitakan Injil dan menuntut mereka untuk percaya."

Takberdaya menyadari bahwa apa yang dikatakan Imansaja memang ada benarnya. Semua fakta-fakta Pencarifakta ternyata tidak dapat meyakinkan suami isteri Takbertuhan. "Mari kita ke rumah Takbertuhan untuk melihat apakah caramu lebih baik dari cara Pencarifakta," ajak Takberdaya. Lalu pergilah mereka berdua untuk berhadapan dengan pasangan Takbertuhan.

"Bapak dan ibu Takbertuhan, saya ingin kalian berkenalan dengan Imansaja," Takberdaya memperkenalkan temannya. Saat itu pasangan Takbertuhan sudah curiga pada semua teman-teman Takberdaya, tetapi mereka tidak mau dianggap tidak sopan, oleh karena itu mereka terima kedua tamunya dengan setengah hati.

Imansaja mulai menjelaskan iman kepercayaannya kepada Kristus: "Saya ingin kalian melupakan apa yang telah dikatakan oleh Pencarifakta kemarin. Sebab adalah salah untuk membuktikan kekristenan kepada kalian dengan menggunakan bukti-bukti. Kekristenan memang tidak masuk akal, sebab kekristenan semata-mata adalah masalah iman. Kalian perlu mengetahui bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan dan pemikiran manusia adalah jahat. Untuk mengenal Allah kalian hanya harus percaya apa yang dikatakan oleh Alkitab dengan iman. Sebab apabila kita mencoba memikirkan secara mendalam mengenai klaim-klaim dari Kristus maka kita tidak akan pernah mengenal kebenaran."

"Lalu kenapa saya harus percaya kepada Alkitab?" tanya Sipasti. "Kamu harus percaya kepada Alkitab, sebab salah kalau kamu tidak mempercayainya," jawab Imansaja. "Maksud kamu, kami harus mengorbankan pemikiran kami?" tanya Sipasti. "ya!" jawab Imansaja dengan tegas. "Wah, saya tidak tahu apa pandangan Siragu, tapi kalau saya sih, saya yakin bahwa kalian sebenarnya tahu bahwa kekristenan itu tidak masuk akal, oleh karena itu kamu mengatakan bahwa pemakaian akal budi untuk mengerti kekristenan itu Salah," tanggap Sipasti dengan penuh keyakinan.

"Wah saya juga kelihatannya harus setuju dengan Sipasti, sebab kalau saya tidak dapat memakai akal budi saya untuk mengerti kekristenan, lalu bagaimana saya bisa memutuskan benar atau tidaknya? Sebab kalau saya berpikir berdasarkan pandanganmu, maka agama-agama lain sama benarnya dengan agama yang kamu percayai. Terus terang saya mengalami kesulitan untuk menerima pandangan Pencarifakta, namun pandangan kamu bukan sulit untuk diterima, tetapi benar-benar tidak mungkin diterima," Siragu menjelaskan pendapatnya.

Akhirnya dengan penuh kekecewaan Takberdaya menarik Imansaja untuk pulang. Siang harinya Takberdaya bertemu dengan Kristenteguh. Langsung saja pengalaman dengan pasangan Takbertuhan menjadi topik pembicaraan mereka berdua. "Kris, saya benar-benar kecewa, ternyata iman kekristenan itu tidak dapat dipertahankan kebenarannya," keluh Takberdaya. "Tunggu dulu, kenapa kamu berkata begitu," potong Kristenteguh. "Sesungguhnya kekristenan dapat dipertahankan, persoalannya adalah kamu telah bertemu dengan orang-orang yang tidak tahu bagaimana cara yang benar dalam mempertahankan iman kekristenan. Alkitab memerintahkan kita untuk selalu siap untuk memberi jawab kepada siapa saja yang mempertanyakan iman kepercayaan kita (#/TB 1Pe 3:15)," Kristenteguh meyakinkan Takberdaya.

"Saya tahu bahwa saya percaya kepada Kristus, tetapi pasangan Takbertuhan telah berhasil menghancurkan argumentasi dari Pencarifakta dan Imansaja," Takberdaya mengemukakan alasan kekecewaannya. "Ya, saya kenal kedua saudara itu. Mereka bermaksud baik dan telah berusaha dengan keras, tetapi cara mereka tidaklah alkitabiah. Saya tidak dapat menjamin bahwa pasangan Takbertuhan akan menjadi orang percaya, tetapi saya dapat menjanjikan bahwa pendekatan yang alkitabiah akan memberikan cukup banyak alasan bagi mereka untuk menerima pandangan Kristen. Dan saya yakin Pendekatan ini akan meneguhkan iman kepercayaanmu," Kristenteguh meyakinkan Takberdaya dengan penuh ketulusan.

"Kris, saya terus terang sekarang ini sangat sukar untuk mempercayaimu, tetapi saya pikir tidak ada salahnya kalau memberimu kesempatan juga. Apa sih pendekatanmu?" tanya Takberdaya. Kris lalu menjelaskan kepada Takberdaya mengenai pembelaan iman yang alkitabiah dan bagaimana pendekatan ini akan menghasilkan suatu bentuk pembicaraan yang berbeda. "Pertama, kamu harus menyadari bahwa argumentasi Pencarifakta dan Imansaja itu ada benarnya. Pencarifakta benar pada waktu ia mengatakan bahwa kekristenan dapat dipertahankan secara rasional. Berargumentasi secara rasional dengan orang tidak percaya merupakan bagian yang penting dalam pembelaan alkitabiah. Imansaja juga telah mengemukakan hal yang penting. Dia mengandalkan otoritas Alkitab sebab memang manusia tidak memiliki otoritas untuk menghakimi Firman Allah. Manusia seharusnya menerima Firman Tuhan yang diberitakan kepadanya tanpa mempertanyakan otoritas-Nya."

"Namun bagaimana ke dua cara berpikir itu dapat dipertemukan?" tanya Takberdaya tak mengerti. "Alkitab menyediakan jawaban bagi pertanyaanmu! Di dalam #/TB Ams 26:4-5 dikatakan: ‘Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia. Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak,’ jawab Kris. "O, saya mengerti sekarang!" teriak Takberdaya kegirangan sebab dia melihat titik terang. "Di satu pihak kita menyajikan kebenaran dari Alkitab yang tidak dapat dipertanyakan, sehingga kita menjaga diri kita untuk tidak menjadi sama seperti orang tidak percaya. Dan di pihak lain, kita berargumentasi dan berusaha untuk meyakinkan orang tidak percaya dari sudut pandangnya. Benar?" Takberdaya berusaha untuk mengerti maksud Kris. "Hampir, tanggap Kris. Kita menggunakan pemikiran dan argumentasi dalam keduanya, namun kita berargumentasi berdasarkan kebenaran dulu dan kemudian kita berargumentasi berdasarkan kebodohan. Kita menyajikan jawaban yang alkitabiah dan bukti-bukti dari sudut pandang Kristen, dan kita berusaha untuk menghancurkan keyakinan orang tidak percaya dengan menggunakan pandangannya untuk melawan dia," Kris menyelesaikan tanggapannya. "Wah, mari kita segera ke rumah Takbertuhan!" ajak Takberdaya dengan tidak sabar.

Setibanya Takberdaya dan Kristenteguh di rumah Takbertuhan, Sipasti dan Siragu berkata bahwa mereka bersedia untuk berbicara mengenai kekristenan satu kali lagi dengan teman-teman Takberdaya. "Takberdaya mengatakan pada saya bahwa kalian berdua mempunyai kesulitan untuk mempercayai kebenaran dari kekristenan," Kris memulai pembicaraan, lalu ia meneruskan dengan bertanya: "apakah ada alasan khusus yang membuat kalian tidak mau percaya Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat?" "Tentu saja ada alasannya," jawab Sipasti dengan tegas, lalu dia kemukakan alasannya: "saya tidak percaya bahwa Allah itu ada, apalagi segala hal yang dikatakan mengenai Yesus dan salib. Kenapa saya harus percaya akan keberadaan Allah?"

"Baiklah saya mulai dengan menyatakan bahwa alasan-alasan saya untuk percaya kepada Allah berdasar pada komitmen saya pada Kristus. Waktu saya menjadi seorang Kristen saya memiliki kesadaran akan keberadaan Allah yang tidak saya miliki sebelumnya," Kris memulai pembicaraannya. "Ya, tetapi pernyataan anda tidak menjawab pertanyaan saya," potong Sipasti. "Tunggu dulu, saya belum selesai! Saya percaya Allah ada berdasarkan kesaksian dari Alkitab. Sesungguhnya saya tidak dapat membayangkan keberadaan dunia yang seperti ini terpisah dari aktivitas penciptaan Allah. Ke mana pun saya memandang, saya selalu melihat pekerjaan Allah dan kuasa-Nya," Kris melanjutkan penjelasannya.

"Kalau itu argumentasi terbaik yang dapat kamu sodorkan, ternyata kamu tidak lebih baik dari Imansaja. Kamu mengharapkan saya untuk percaya sesuatu yang tidak masuk akal," Sipasti menyatakan ketidakpuasannya. Kemudian Kristenteguh menanggapi dengan penuh pengertian: "Pernyataanmu dapat saya mengerti, namun dari sudut pandang saya sebagai orang Kristen, percaya kepada Allah adalah sangat masuk akal. Tetapi saya tetap tidak heran kalau kamu tidak percaya, sebab kamu telah mendedikasikan cara berpikirmu pada kemandirian." "Saya tidak mengerti maksudmu, saya hanya melihat pada fakta dan mengatakan apa adanya dari yang saya lihat," sanggah Sipasti.

"Sipasti, saya mendedikasikan diri pada Firman Allah dan bergantung pada Allah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, tetapi kamu menyelidiki dan melihat segala sesuatu dengan tidak bergantung pada Firman Allah. Coba sekarang jelaskan pada saya mengapa kamu tidak percaya pada Allah?" tanya Kris.

"Oleh karena tidak ilmiah."

"Mengapa kamu pikir bahwa keharusan menurut patokan ilmiah merupakan jalan untuk mendapat kebenaran?"

"Sebab Itu satu-satunya pemikiran yang masuk akal." jawab Sipasti.

"Masuk akal untuk siapa?"

"Untuk saya!"

"Nah, kau telah menempatkan dirimu sebagai hakim yang berotoritas untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang tidak benar, dan itulah sebabnya kamu tidak mau menerima sudut pandang kristiani," Kris membuktikan pernyataannya.

"Memang saya telah memutuskan berdasarkan pemikiran saya sendiri untuk menolak kekristenan, tetapi sebenarnya anda juga melakukan hal yang sama, anda telah memutuskan untuk mempercayainya berdasarkan keputusan dan pemilihanmu sendiri." Sipasti membela diri.

"Tidak, tidak sama!" sanggah Kris. "Setelah saya menjadi orang Kristen, saya mempelajari bahwa Allah yang memilih saya dan memungkinkan saya untuk percaya kepada-Nya. Jadi ternyata saya tidak memilih Dia berdasarkan kemandirian."

"Kamu katakan demikian berdasarkan apa yang dikatakan oleh Alkitab, dan menurut saya itu tidak benar. Nah, lagi-lagi kamu menentang pandangan kristiani berdasarkan kemandirianmu. Saya mau tanya sekarang, kenapa kamu berpikir secara mandiri, dan kamu pikir berdasarkan kemandirian itu kamu dapat mengetahui kebenaran tanpa harus menaklukkan diri pada Allah dan Firman-Nya?" Kris mempertanyakan pertanyaan Sipasti.

"Oleh karena saya pikir semua pembicaraan mengenai kebergantungan kepada Allah adalah tidak masuk akal."

"Ya, kamu katakan tidak masuk akal oleh karena kemandirianmu. Kamu menyimpulkan berdasarkan pemikiranmu sendiri."

"Lalu, apa salahnya?"

"Kamu belum menjelaskan dasar dari komitmenmu pada kemandirian. Kamu telah berargumentasi dalam lingkaran dengan mengatakan bahwa kamu percaya bahwa kamu mandiri oleh karena kamu memutuskannya secara mandiri. Sehingga apa pun yang kamu katakan, kamu tidak dapat membenarkan komitmen yang mendasari semua yang kamu percayai."

"Kamu kan juga begitu."

"Tidak! saya tidak mengklaim bahwa saya adalah otoritas yang tertinggi. Allah adalah otoritas tertinggi. Allah yang mendukung pernyataan-pernyataan saya. Saya tahu bahwa ini dilihat sebagai kebodohan dari sudut pandangmu, tetapi menurut saya sudut pandangmu adalah bodoh dan tidak konsisten, tidak konsisten bukan hanya pada pandangan saya tetapi juga pada pandangan kamu sendiri."

"Kenapa kamu berkata begitu?"

"Komitmenmu pada kemandirian tidak berdasar dan kamu katakan kamu ingin berpikir secara ilmiah dan logis. Saya pikir ini kamu tidak akan terlepas dari dilema ini."

"Ya, saya melihat maksudmu. Tapi, saya tetap yakin bahwa kepercayaan kepada Allah tidak ilmiah, sebab tidak ada bukti-bukti untuk keberadaan Allah."

"Apakah kamu pernah menyelidiki ke semua tempat di jagad raya ini di setiap saat untuk mencari Allah?"

"Tidak pernah!"

"Kalau begitu kamu tidak dapat mengatakan secara pasti bahwa ilmu pengetahuan adalah berlawanan dengan kekristenan. Sebab kamu tidak dapat mengetahui semua bukti-bukti, jadi kamu tidak dapat yakin bahwa Allah tidak ada." "saya tahu bahwa ilmu pengetahuan telah menyatakan bahwa evolusi adalah benar dan Allah tidak dapat ada kalau evolusi itu benar."

"Evolusi hanyalah suatu teori, dan sebelum ilmuwan tahu segala sesuatu yang seharusnya diketahui. Kita tidak dapat mengerti secara tepat atau menyetujui klaim mereka. Jadi Sipasti, kamu tidak dapat memastikan klaim mereka. Sebenarnya, oleh karena kamu terbatas pada dirimu sendiri dan menolak untuk bergantung pada Allah, maka terbukti bahwa kamu tidak dapat pasti dalam hal apapun juga. Kalau kamu ingin pasti akan sesuatu hal, maka kamu harus mengabaikan problema ini dan memiliki iman buta pada dirimu sendiri. Dan kamu tidak akan pernah sampai pada kepastian."

Siragu tidak dapat tinggal diam lagi: "Sipasti, ini yang saya mau kamu mengerti dari dahulu. Tetapi, Kris sama kasusnya dengan Sipasti, kamu juga tidak dapat memastikan pendapatmu. Sebab kita tidak akan dapat menemukan bukti-bukti yang cukup untuk mengetahui segala sesuatu dengan pasti, termasuk perdebatan mengenai keberadaan Allah. Kamu tidak akan pernah menemukan kepastian."

"Saya tidak setuju denganmu, Siragu. Saya tahu Allah ada sebab Allah telah berbicara melalui Firman-Nya. Dia mengetahui segala sesuatu dan kalau kita bergantung kepada Dia, maka saya dapat mengetahui sesuatu itu benar, walaupun saya tidak mengetahui segala sesuatu," Kris menanggapi.

"Ya, tetapi kita tidak dapat memastikan bahwa Allah benar-benar telah mewahyukan diri-Nya atau bahwa Dia ada. Saya pikir karena kita tidak dapat memastikan, maka kita tidak perlu membicarakan mengenai hal ini," Siragu merasa bahwa sebaiknya dia berada di posisi netral.

"Siragu, persoalan kamu adalah kamu ingin menjadi si peragu dan cari amannya, sehingga kamu tidak mau berpihak kemanapun juga. Tetapi, kamu sangat pasti bahwa kamu harus tidak pasti akan segala sesuatu. Kamu sebenarnya sama saja dogmatisnya dengan Sipasti."

"Saya tidak mengerti maksudmu, Kris."

"Kamu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat memastikan bahwa kita harus tidak pasti akan segala sesuatu. Kamu tidak dapat memastikan bahwa kami tidak dapat mengetahui tentang Allah sampai kamu telah menyelidiki ke segala tempat dan tahu bahwa pengetahuan semacam itu tidaklah mungkin." Lalu Kris melanjutkan: "Kalian berdua sebenarnya melakukan hal yang sama dan melakukan kesalahan yang sama. Sipasti merasa pasti bahwa dia benar, tetapi dia tidak dapat memakai keterbatasan dan pengetahuannya yang tidak pasti sebagai dasar dari kepastiannya. Siragu pasti bahwa dia benar, tetapi dia tidak mempunyai dasar untuk mengetahui hal itu dengan pasti. Kalian berdua mengabaikan fakta yang begitu nyata untuk berpegang pada pandanganmu."

"Tetapi Kris, kamu harus mengakui bahwa ini yang terbaik yang dapat kita lakukan," Sipasti mengakui.

"Saya tidak setuju dengan pendapatmu," kata Kris. Lalu dia melanjutkan: "Kamu sebenarnya mempunyai pilihan untuk mengabaikan masalah ini, jadi gila, bunuh diri, atau menjadi orang Kristen. Kristus dapat menyelamatkanmu dari kesia-siaan ini. Dia dapat memberikan pengharapan dan arti dari kehidupan ini, kalau kamu mau untuk percaya akan kematian dan kebangkitan-Nya cukup untuk keselamatanmu. Serahkan dirimu untuk bergantung secara mutlak kepada-Nya."

"Wah, kamu telah mempertuhankan posisimu dengan baik sekali." Siragu mengakui. "Tetapi kami tidak berkeinginan menjadi orang Kristen."

"Injil telah ditawarkan kepadamu. Saya harap kamu akan mempertimbangkan klaim dari Kristus dengan serius. Di dalam #/TB Yoh 3:36 Yesus berkata: "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap di atasnya."

Kristenteguh dan Takberdaya meninggalkan rumah Takbertuhan dan pergi ke rumah Kris, di sana mereka berdoa untuk pasangan Takbertuhan. Takberdaya sangat dikuatkan; dia sekarang tidak lagi takberdaya, tapi Berdaya. Berdaya dan Kris berharap pada Tuhan, kiranya Tuhan akan menggerakkan hati pasangan Takbertuhan supaya berpaling kepada Kristus. Sambil menunggu hal itu terjadi, Kris dan Berdaya tetap setia kepada Tuhan mereka dan dengan tekun tetap setia membela iman Kristen.

Warmest Regards : El Roi Israel Sipahelut